Hi guys it's me again! Sekali lagi, terima kasih sudah repot-repot lanjut baca cerita ini sampai ke part 2. Selamat membaca!
Who knows even a single phone call can change everything? Sejak percakapan jam 3 pagi itu, pertemanan kita tetap jalan, tapi
perasaan gue kacau jadinya. I always had this slight tense feeling everytime
he talked about his girlfriend. Jadi gini, walaupun gue sedekat itu sama
Nanda, gak bisa dibohongi kalau gue benar-benar merasa Nanda itu sayang sekali
sama Ratu. Karena itu gue selalu merasa insecure, dan semakin lama gue
memendam, diam-diam gue semakin tersiksa. Bahkan waktu mereka ketemuan atau
jalan bareng, si brengsek ini berani-beraninya ngambek sama Nanda. Padahal gue
juga sadar bahwa gue ga mungkin nyalahin mereka. They have been together for
3 years for God’s sake I’m literally nobody.
Di sinilah puncak keegoisan gue terbentuk. Gue yang tadinya
cuma berteman sama Nanda, suddenly I demand more. Gue benar-benar
berpikiran kalau gue bisa memperlakukan Nanda lebih baik dari Ratu. Gue bisa
menerima dia apa adanya. Gue punya banyak persamaan dengan Nanda, we could
make a great couple. He made mistake choosing her over me, because I was
better.